Sabtu, 10 Desember 2011

Menulis Bukan Sekadar Menulis


Ada yang mengatakan, bahwa ia menulis apa saja yang ada di kepalanya sebagai bentuk kebebasan yang ia memiliki untuk mengekspresikan dirinya dalam tulisan.
“Saya bebas menulis apa saja yang saya bisa dan mau! Masa bodoh penilaian orang lain!” Demikian tegas seorang kawan.
Memang tidak salah bahwa setiap orang memiliki kebebasan untuk menulis apa saja yang ada diisi kepalanya. Tetapi menurut saya pernyataan demikian kurang tepat, karena lebih mengedepankan keegoisan yang menjurus arogan. Hanya mau menghargai kebebasan sendiri, tetapi tidak mau menghargai kebebasan orang lain.
Kita bisa menulis apa saja yang kita mau untuk mengekspresikan diri, kalau itu hanya untuk dinikmati sendiri saja. Tetapi ketika diterbitkan di ruang publik, tentu hal itu tidak bisa kita lakukan lagi. Dimana terdapat manusia berbagai ras, suku, agama, dan golongan.
Setiap orang memang memiliki kebebasan, tetapi jangan lupa, kebebasan yang kita miliki tidak bisa sebebasnya digunakan. Karena kebebasan kita dibatasi oleh kebebasan yang dimiliki orang lain, sehingga tentu kita tidak bisa sebebasnya mengekspresikan diri.
Kebebasan yang kita miliki juga dibatasi oleh etika dan sopan santun yang berlaku di masyarakat.
Sebagai seorang penulis seharusnya kita juga mau memahami hal ini, tidak boleh merasa tidak perlu peduli.
Maaf ini hanyalah pemahaman saya yang masih hijau dalam dunia kepenulisan. Kalau para sahabat mempunyai pemahaman lain, tentu sah-sah saja dan saya tidak berani mengusik.
Saya bukanlah penulis besar atau penulis berpengalaman yang telah menghasilkan buku sebagai kebanggaan seorang penulis. Tetapi hanya mencoba sedikit bertebal muka untuk membagikan pengalaman dalam hal menulis. Kalau dinilai sok pintar juga, saya cukup mengelus dada.
Bagi saya, menulis itu bukan sekadar menulis. Apa yang mau ditulis, segera dituliskan saja yang penting jadi tulisan.
Ada ide-ide yang terpaksa hanya untuk ditulis jadi konsumsi pribadi atau hanya dibiarkan tersimpan di dalam kepala.
Ketika hendak menulis, sebelumnya ada beberapa hal yang selalu saya perhatikan.
1. Apakah yang tulisan yang akan saya tulis ada memberikan manfaat?
Manfaatnya antara lain memberikan pencerahan, membangkitkan pemikiran, menjadi bahan renungan atau minimal menghibur.
Karena tak jarang tulisan kita justru menimbulkan pertentangan dan kericuhan yang tiada membawa manfaat.
2. Apakah yang akan saya tulis dapat menyakiti atau menyinggung perasaan orang lain?
Seperti kita tahu, yang namanya di ruang publik pasti terdapat berbagai ras, agama, suku, dan golongan.
Ketika hendak menulis hal ini penting menjadi perhatian.
3. Adakah yang hendak saya tulis semata-mata untuk menonjolkan diri atau sebagai bahan pembelajaran?
Tanpa sadar, seringkali dalam kerendahan hati kita menuliskan pengalaman hidup, ternyata ada kesombongan yang tersembunyi.
Ditulisan bernama rendah hati, tetapi di hati sombongnya setengah mati.
Dengan demikian, bukannya semakin membuat kita rendah hati, tetapi justru semakin tinggi hati. Bahayanya, itu terjadi tanpa kita sadari.
4. Adakah dengan menulis semakin membesarkan keegoan saya?
Hati-hatilah ketika menulis dengan selalu menuliskan kelebihan dan kebaikan yang kita miliki kalau itu bertujuan untuk membanggakan diri.
Akhirnya yang terjadi adalah mencari popularitas dan sanjungan.
5. Apakah ketika saya menulis kritikan atau bernada sindiran karena kebencian atau demi kebaikan?
dengan Memang adakalanya kita tertarik untuk menulis kritikan kepada pihak tertentu. Menurut saya silakan saja asal berniat dan tujuannya demi kebaikan bukan karena ingin mengungkapkan rasa benci.
Berharap dengan kritikan yang kita tulis dapat menjadikan keadaan atau seseorang menjadi lebih baik tentu ada gunanya.
Saya merasakan seringkali kritikan lebih ampuh daripada nasehat, karena kritikan lebih cepat membangkitkan kesadaran untuk menyadari kesalahan.

Selasa, 06 Desember 2011

RABU, 7 DESEMBER 2011

AWAL JUMPA KU DENGAN MU DI SITUS FB, NAMUN ITU MEMBUAT KITA SEMAKIN AKRAB DAN MENJALIN PERTEMAN DENGAN KAMU. HARI BERGABTI HARI KEDEKATAN ITU SEMAKIN DEKAT SEOLAH-OLAH KITA SEPERTI SUDAH KENAL LAMA.
CERITA DEMI CERITA KITA BAGI, SAMPAI MENUUMBUHKAN BENIH CINTA DALAM HATI......TETAPI ITU BELUM SEMPAT TERUCAP DARI MULUT KU
NAMUN PADA SAAT YANG TEPAT DAN PAS WAKTU UNTUK MENGUNGKAPKAN SEMUANYA DAN AKHIRNYA AKU DAPAT WAKTU YANG PAS UNTUK MENGATAKANNYA PADAMU
KENDALANYA ADALAH APAKAH ITU DITERIMA ATAU DITOLAK OLEHNYA
HANYA SATU KATA YANG MEMBUAT KU TIDAK PUTUS ASA UNTUK MENJADI ORANG YANG ADA DALAM HATI NYA YAITU KAMU JANGAN BERUBAH Y ITULAH KATA YANG TERUCAP DARINYA.
BIARPUN ITU TIDAK MEMBUAT KU CUKUP, NAMUN AKU MENGHARGAI SETIAP KEPUTUSAN DARINYA, KARENA DIALAH YANG MENENTUKAN KEPUTUSAN PADA AKHIRNYA
TAPI INI KAMI JALANI SAJA SEPERTI BIASANYA LAYAK SEORANG TEMEN ATAU SAHABAT BIASANYA.

Mungkin kah semua ini akan berakhir ?



Tiada lagi tawa yang menghiasi hari-hariku.
Tiada lagi canda mesrah dari seorang kekasih .
Tak terlihat lagi jeritan cintamu, suara mungilmu yang berbisik ditelingaku.
Tak terdengar lagi senyuman indah dari bibir manismu.
Tak ada lagi genggaman tangan yang begitu erat dari dirimu.
Tak ada lagi panggilan-panggilan sayang yang terdengar ditelingaku (tyty-dydy, endut sayang-kecil sayang, yang dulu sering kali terucap dari bibir kita) , panggilan-panggilan itu tinggalah kenangan  yang begitu indah dari cerita cinta yang kurasakan denganmu, semua itu telah menghilang merenggut hati ini, pada saat ini yang menghantuiku hanyalah kepedihan yang mendalam,




Entah apakah dihari esok aku bisa merasakan indahnya hidup, mungkin tak akan bisa tanpa keberadaan dirimu disisiku, mungkinkah dihari esok aku dapat melihat cerahnya rembulan malam yang begitu indah. Mungkin tidak tanpa dekapan mesrah darimu,
Mungkin hanyalah gelap serta sunyi yang setia menemaniku dihari-hari yang seharusnya indah bersamamu. Biarlah air mata ini mengalir menjauhi bola mata ini dengan perlahan.seperti cinta mu yang pergi, mengalir menjauhi hatiku.


8 mei 2011

Pergilah sayank,
Jangan kau toleh kan pandangan mu kebelakang,
Lupakan lah sayank,
Lupakan lah cerita cinta kita yang telah lama kita bina,
Itu semua hanya bisa membuat mu menderita,
Jangan lah kau ingat lagi nama ku dipikaran mu,
buang lah sayank nama ku dari pikiran mu,
karna itu hanya bisa menodai senyuman mu yang teramat indah,
jangan kau pedulikan diri ku,
aku ini hanya lelaki tolol yang tak tau diri,

    semoga kau dapat bahagia tanpa kehadiran aku disisi mu,
    semoga kau bisa melantunkan senyuman mu tanpa ada aku disisi mu,  

jujur sayang sangat berat ku mengucapkan ini pada mu,
namun aku tak kuasa melihat mu terus-terusan seperti ini

KESEDIHAN CINTA


mengapa cinta hampir kerap berakhir dengan kesedihan hati, di banding kan kasih sayang…?
Mungkin Memang,Jikala Cinta Itu Berujung Pahit, Mungkin Akan Terasa Sakit.Namun Jika Berakhir Baik, Maka Akan Berujung Pada Kebahagiaan.Hendaknya Kita Mengetahui Betul Apa Makna Cinta Sesungguhnya Sebelum Kita Mencoba Untuk Mencintai Seseorang.Karena Jika Kita Hanya ” Asal ” Bermain Cinta, Akibatnya Pasti Akan Sangat Menyakitkan.
Karena cinta itu perasaan. Dan perasaan itu bila ditinggalkan akan tersakiti. karena manusia makhluk sosial, jadi dia membutuhkan orang lain untuk membagi perasaannya, khususnya berbagi cinta, pabila kita berpisah dengan orang yang kita cintai dengan alasan apapun, mau baik atau buruk, pada saat logika kita memperlihatkan kita baik-baik saja, dan mengumbar kepada orang lain bahwa kita baik-baik saja, tetapi jauh didalam hatipun masih sakit memikirkan, dan sesungguhnya tidak rela melepaskan cintanya. Semakin dalam orang mencintai maka semakin sakit hatinya bila ditinggalkan, walaupun sekeras apa dia berbohong pada dirinya sendiri…
sebab cinta sebagian dari hati kita,,yg selalu inginkan dia untuk kita,,dan bila itu berahir mesti kita sedih,,,kasih sayang,,asalkan dia bahagia kitapun ikut bahagia……
itulah cinta penuh dengan keajaiban, berawal sangat indah berakhir dengan menyedihkan,,lakukan cara pencegahan sebelum memulainya, jangan terlalu habiskan waktu kita untuk cintA,,,itu bisa menimbulkan kebosanan dalam berhubungan..santai tapi pasti…

AIR MATA CINTA


Menetes kembali airmata ini
Dalam kepedihan cinta yang tak terwujudkan
Kembali kurasakan…
Kehilangan satu cinta, yang kemarin masih menyempurnakan hidupku
Airmata adalah temanku
Dalam sedih dan bahagiapun,
Airmata menjadi simbol dalam kisahku
Mengapa cinta itu harus pergi ?
Cinta adalah bahagia
Ungkapan seribu perasaan, yang terurai menjadi airmata
Mengapa harus ada cinta, bila akhirnya cinta menjadi luka
Dimana cinta yang menyatukan ?
Bila perpisahan ini terjadi karna cinta
Aku tak melihat cinta
Tapi aku bisa merasakan cinta
Cinta…, kapan kau kembali padaku
Aku tak bisa sendiri tanpa cinta
Dan aku merindukan airmata yang terurai karna cinta yang bahagia

Minggu, 04 Desember 2011

Mantan yang tak bisa di lupakan


Dalam kisah ini aku ingin berbagi kisah aq dengan mantan ku, sebelum aku becerita lebih dalam. Aku ingin tahu seperti apakah mantan yang tak bisa dilupakan itu ?
            Pertama awalnya aku tidak pernah menduga bahwa aku bisa menjalain hubungan dengan dia.  Dalam situs yang sudah terkenal disuluruh dunia yaitu facebook, aku berkenalan dengan dia. Tapi sebelum itu aku tidak tahu siapa dia, dalam mesin pencarian yang ada di facebook aku hanya iseng-iseng saja untuk mencari pertemanan disitu. Namun pada akhirnya aku menemukan sebuah nama yang asing bagi aku, dan umur yang hampir sama dengan aku.  Lalu aku memutuskan dia untuk jadi teman facebookku, akhirnya kita sering berbagi komentar maupun chat bersama. Sekian lama kita berbagi cerita lewat dunia maya, kitapun akhirnya tukaran nomor ponsel ( handphone ). Kita pun semakin akrab seperti orang yang sudah lama berkenalan, akupun tanpa berpikir panjang sedikit demi sedikit aku mulai suka sama dia.  Dan akhirnya aku nembak dia tapi itu belum ada jawaban dari dia. Setelah lama dia tidak menjawabnya, tanpa berpikir lagi akhirnya dia terima aku sebagai cowoknya (pacar), lama kita menjalin hubungan tersebut akhirnya hubungan tersebut kandas ditengan perjalanan, kira-kira lama hubungan kita itu hanya 20 hari saja. Menakjubkan, bukan. Setelah kita bubar dan tak ada komunikasi yang selayaknya orang pacaran lagi.
            Sebulan setelah hubungan itu usai, aku kenal seorang wanita yang boleh dibilang tidak seberapa cantik juga sih. Tapi wanita itu baik kepadaku, dan tidak terasa rupanya aku mulai jatuh cinta sama dia. Akhirnya kita menjalin hubungan itu, dan pada dasarnya aku tidak mencintainya. Karena aku terus teringat akan mantan kekasihku yang sudah sekian lama tidak ada kabarnya lagi.  Meskipun wanita yang jadi pelampiasan ku ini merasa bahagia bersamaku, tetapi aku tidak. Anehnya aku langsung menghentikan hubungan kami itu padahal dia sayang banget sama aku.
            Setelah berakhir dengan wanita pelampiasan ku ini, aku tak kunjung dapat kabar dari mantan ku itu, padahal dalam facebook itu selalu muncul dia.  3 bulan kemudian aku punya pacar baru lagi, tetapi lagi-lagi hanya pelampiasan semata. Pelampiasan itu tak berlangsung lama oleh karena kami banyak hal yang berbeda.  Akhirnya aku bermaksud iseng dengan mantan ku ini untuk menanyakan kabarnya, tapi dia sedih kita aku menelpon dia, katanya “aku kangen sama kamu, katanya kamu mau pindah. Aku hanya terdiam sejenak dan majawabnya “ia aku akan pindah, emang ada apa dengan aq pindah?” dia menjawab “ko kamu pindah sih, aku dekat kamu pengen manjauh. Sebenrnya aku ingin sekali bertemu dengan kamu.” Sebenarnya diriku pun begitu, akhirnya aku memutuskan tidak jadi pindah.  Dari situlah aku mulai dekat lagi dengan mantan aku ini, akhirnya aku bermaksud back to heart you itu yang ada dalam benakku.
            Tetapi itu membuatnya merespon aku back again sama dia, sebelumnya aku cerita kenapa hubungan kita kandas oleh karena status di facebook aku itu yang membuat hubungan kami kandas. Dengan sedih dia mendengar cerita ku itu, tetapi belum ada respon yang pas buat aku. Tidak lama kemudian kita menjalani hubungan itu kembali, tapi hubungan itu tidak bertahan lama hanya beberapa minggu saja. Tidak hanya disitu, aku bermaksud kembali menjalin hubungan itu, tetapi dia tetap saja mau.

            Tetapi sekali lagi itu tak bertahan lama, hanya beberapa waktu singkat. Dan sekarang kita bener-bener sudah tidak seperti dulu lagi, akupun tak pernah dengar kabar dia bagaimana dan dia pun tidak tahu bagaimana kabar aku. Sebenarnya kita punya planing uuntuk bertemu dan pulang bersama ke daerah kita, namun itu planing tidak terwujud karena hubungan kita yang tak bertahan lama.

            Dan sampai sekarang kita tidak pernah berkomunikasi lagi, entah kenapa aku tidak dapat melupakan raut wajahnya dalam benakku. Mantan ku itu memang orang yang tak bisa aku ceritakan banyak.  Itulah kisah asmara ku bersamanya dan kini menjadi mantan yag tak pernah aku lupakan, samapi-sampai aku tidak ingin mencari penggantinya dalam hidup ku.

inilah akhir cintaku, inilah akhir kisahku
setelah kau jauh tinggalkan aku
tak bisa ku melupakanmu, tak bisa aku tanpamu
tak pernah aku rela kau tinggalkan aku
tiada kusangka engkau berubah ku tak percaya kau membagi cinta
taukah engkau betapa sakitnya kau membagi cinta karna dia
tak bisa ku melupakanmu, tak bisa aku tanpa mu
tak pernah aku rela kau tinggalkan aku
tak ku coba melupakan mu
mengapa kau buat luka hatiku
sekian lama aku menunggu
kasih dimana hatimu


BY PAPINKA "DIMANA HATIMU





Penulis editor ( NANDA RYANTA )

TENTANG CINTA PERTAMA, SEBUAH KENANGAN TAK TERLUPAKAN


Kau datang membawa
Sebuah cerita
Darimu itu pasti lagu ini tercipta
Darimu itu pasti lagu ini tercipta
Dari jendela kelas yang tak ada kacanya
Tembus pandang kekantin bertalu rindu
Datang mengetuk pintu hatiku


Semesta seakan berhenti bergerak.
Waktu mendadak tak berdetak.
Hening. Sunyi. Beku.
Suara lantang wali kelas kami mengumumkan kedatangan siswi baru pindahan dari sebuah kota yang jauh menyentakkan sekaligus membuat takjub kami semua. Gadis itu, siswi pendatang baru menatap malu-malu ke arah kami sembari menunduk tersipu. Potongan rambut mirip Lady Di dengan beberapa helai rambut jatuh dikeningnya membuat saya terpana dalam kekaguman.
Cantik sekali dia, saya membatin. Kemeja putih dan rok biru yang dikenakan gadis muda itu sungguh sangat kontras dengan pancaran keanggunan yang ia miliki. Dan pada matanya. Ada rembulan mengapung teduh disana.
Seketika desir-desir aneh mulai merambati hati. Sesuatu yang tak saya pahami selain sebuah keinginan besar untuk selalu dekat dengannya. Menikmati segala keindahannya. Lalu menjadi bagian dari segala kebahagiaan, juga kesedihannya. Perempuan itu telah berhasil merebut simpati dan perhatian saya pada kesempatan pertemuan pertama. Love at the first sight.
Ya, mengenang kembali Cinta Pertama bagi saya, adalah membayangkan kembali disuatu masa, dimana saya menjelma menjadi sesosok pria remaja kurus ceking berseragam putih dan celana pendek biru yang berdiri tegak kaku dengan lutut bergetar dipinggir pintu kelas,  menyaksikan dia, perempuan yang selalu jadi bunga mimpi dari malam ke malam (selanjutnya kita panggil saja “Diajeng”) , berlalu anggun sembari melepas senyum riang yang, membuat jantung saya berpacu kencang dengan desir aneh tak terkatakan.
“Suatu waktu, dia akan menemani saya tumbuh besar, dewasa, membangun keluarga bahagia, memiliki anak-anak dan menjadi tua bersama”, begitulah “tekad” sederhana yang terpatri dalam batin saya. Sebuah tekad yang mungkin “musykil” tapi bukan mustahil untuk diwujudkan.

Saya mengenang bagaimana ketika saya dengan malu-malu mencuri pandang kearah Diajeng yang duduk di bangku depan, mengagumi setiap helai rambutnya yang berpotongan ala Lady Di serta matanya yang berpendar lembut.
Saya bahkan tak pernah berani bertatapan langsung dengannya atau berbicara lebih lama, karena badan saya mendadak terasa jadi kaku tak bisa bergerak.
Setiap malam, tak pernah tak terlewatkan membayangkan sosok sang idaman hati menjelang tidur bahkan kerap berkunjung menghiasi mimpi-mimpi, menjelma bidadari berpakaian warna warni dan bersayap cemerlang.
Betapa dashyat “gempuran” hati dari cinta pertama ini.
Sayang sekali, saya tidak memiliki keberanian sedikitpun untuk melakukan pendekatan secara intens. Bukan apa-apa, saya merasa rendah diri setiap kali berhadapan dengannya. Secara status sosial ia memiliki “derajat” lebih tinggi ketimbang saya yang hanyalah seorang putra pegawai negeri biasa yang tinggal di Perumteks.
Setiap hari Diajeng diantar ke sekolah oleh mobil sang ayah sementara saya mengendarai sepeda atau kadang berjalan kaki ramai-ramai dengan teman-teman ke sekolah. Saya sungguh sungkan dan akhirnya menganggap saya bukanlah orang yang pantas mendampinginya . Saya mengalami inferioritas tahap akut dan parahnya itu justru saya alami pada perempuan yang sangat saya sukai (sesuatu yang kemudian saya sesali beberapa tahun ke depan).
Suatu Hari Diajeng datang menghampiri saya didekat kelas kami. Kaki saya mendadak gemetar dan lidah terasa kelu.
“Tolong, ajari saya matematika ya?”, katanya pelan sedikit tersipu.
Saya tak bisa berkata apa-apa. Hanya terpana (lebih tepatnya menganga).
Tak percaya rasanya mendapat anugerah sebesar ini. Saya seumpama tokoh Ikal di film Laskar Pelangi ketika pertama kali bertemu dengan A-Ling ketika membeli kapur tulis di Toko Sinar Harapan. Ada kupu-kupu beterbangan dan bunga-bunga indah bertebaran dihadapan saya dan dia. Indah sekali.
Sampai kemudian ia menyentakkan lamunan saya dengan tawa pelan, yang, amboi..sungguh mempesona. Bagai gempa bumi 9 scala richter berpotensi tsunami yang menggetarkan relung-relung hati paling dalam. Ini sebuah anugerah luar biasa yang sama sekali tak terduga dan sangat diharapkan.
Dan begitulah dengan segala keikhlasan dan kerelaan, saya pun menemani dan mengajari Diajeng belajar matematika di teras rumahnya yang megah setidaknya seminggu dua kali. Dengan gagah berani-bagai ksatria perkasa berbaju zirah menunggang kuda sembrani- saya mengendarai sepeda Jengki berwarna Oranye saya kerumahnya yang berjarak kurang lebih 1,5 km dari rumah saya itu.
Sepeda butut saya tersebut selalu dipacu kencang menuju kesana, tak sabar ingin segera bertemu. Kerapkali rantai sepeda lepas dipinggir jalan dan merepotkan saya untuk memasangnya kembali.
Saya sudah berdandan rapi memakai minyak rambut tancho hijau yang memiliki daya lengket luar biasa dan memberikan efek ala rambut Al Pacino dalam film “Godfather” itu serta menyemprotkan parfum murahan ayah saya dari rumah. Sebuah upaya sistematis romantis untuk (sedikit) meningkatkan derajat ketampanan.
Meski akhirnya penampilan itu jadi sia-sia belaka ketika semuanya luntur saat tiba disana oleh yang keringat mengucur deras karena letih mengayuh sepeda. Semua “penderitaan” itu terbayar tunai hanya dengan melihat senyum manisnya yang menyambut saya, bagai Naysila Mirdad menyongsong Dude Herlino-nya dalam sebuah episode sinetron masa kini 
Saya ingat betul, dalam kondisi ngos-ngosan, Diajeng menyodorkan air putih dingin kepada saya. “Minum dulu, capek ya? Makanya jangan ngebut-ngebut naik sepedanya,” kata Diajeng sembari memamerkan senyumnya yang fenomenal itu. Terasa benar rasa letih saya mendadak menguap ke udara dan terganti dengan rasa bahagia menyeruak di dada. Dengan tangan yang masih ada sisa oli pelumas rantai sepeda, saya meraih gelas yang disodorkan Diajeng lantas mereguknya dengan lahap, melampiaskan dahaga. Ia menyaksikan aksi spontan saya itu sambil tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala.
Sebagai “bintang kelas” tak ada kesulitan buat saya mengajarkan soal-soal matematika kepada sang wanita pujaan hati. Meski memang konsentrasi saya kadang buyar karena saya kerap lebih menikmati pesona wajahnya ketimbang serius mengajari matematika.
Walau tak terkatakan, dari sorot matanya saya tahu, Diajeng juga menyukai saya selalu berada didekatnya, berbagi serta bercerita tentang banyak hal. Dan kami sama-sama menjaga perasaan itu tersembunyi didalam lubuk hati masing-masing, secara utuh dan elegan. Cinta memang tak mesti diungkapkan secara verbal.
Ketika Diajeng harus pergi mengikuti penugasan sang ayah ke kota lain, betapa hati saya jadi layu dan terluka karenanya. Saya tak sempat mengungkapkan perasaan terdalam bahkan ketika perpisahan itu tiba hanya berselang beberapa hari setelah acara perpisahan sekolah kami.
Di hari terakhir saya bertemu dengannya, kami berjabat tangan dan berjanji akan saling mengirim kabar. Ada kepedihan terlihat dimatanya. Ia terlihat rikuh saat menarik kembali tangannya yang sudah saya genggam lama.  Saya tersenyum malu. Ia tertawa pelan lalu mengangguk saat saya berkata lirih, “Jangan lupakan saya ya?”. Dengan langkah gontai saya meninggalkan teras pekarangan rumahnya tempat dimana saya dulu sering mengajarinya matematika. Ia masih berdiri disana saat saya menoleh kebelakang. Ia melambaikan tangan dan menangis. Ah, sepenggal hati saya tertinggal disana..
Dua hari setelah Diajeng pergi, saya jatuh sakit selama seminggu. Kedua orang tua saya sempat bingung, putra sulungnya tiba-tiba sakit tak jelas, mogok makan dan mogok sekolah. Susah rasanya membangun kembali hati yang porak-poranda gara-gara cinta pertama yang berakhir memilukan begini.
Kehilangan itu sungguh sangat membekas dihati. Bahkan ketika memasuki masa SMA saya memilih untuk lebih berkonsentrasi belajar dan mengurus OSIS SMA ketimbang menjalin hubungan cinta (baca kisah “kelanjutan” cerita ini di “Love at The First Voice”). Saya masih memendam harapan pada Diajeng yang ketika itu sering mengirim surat pada saya. Di tahun kedua setelah kepergiaannya, saya kehilangan jejak dan kami tak pernah lagi saling berkirim surat.
Kenangan cinta pertama memang tak terlupakan. Dan kehangatannya masih tetap terasa hingga kini. Saya menandai momen terindah dalam sepotong episode kehidupan saya ini sebagai sebuah monumen berharga. Entah disuatu ketika (bisa jadi setelah kami sudah sama-sama tua), saat kami akhirnya bertemu kembali, saya ingin mengajaknya mengenang masa-masa indah itu, sembari bersenandung lagu lawas Iwan Fals “Jendela Kelas Satu” yang kerap saya dendangkan dengan rindu membuncah saat mengayuh sepeda menuju rumahnya mengajari Matematika
Ah, Diajeng…semoga kebahagiaan selalu berada bersamamu..
Duduk dipojok bangku deretan belakang
Didalam kelas penuh dengan obrolan
Slalu mengacau laju hayalan
Dari jendela kelas yang tak ada kacanya
Dari sana pula aku mulai mengenal
Seraut wajah berisi lamunan
Bibir merekah dan merah selalu basah
Langkahmu tenang kala engkau berjalan
Tinggi semampai gadis idaman
Kau datang membawa
Sebuah cerita
Darimu itu pasti lagu ini tercipta
Darimu itu pasti lagu ini tercipta
Dari jendela kelas yang tak ada kacanya
Tembus pandang kekantin bertalu rindu
Datang mengetuk pintu hatiku

'Ketika Cinta Tersakiti'


siapapun ingin memiliki cinta sejati, cinta yang sangat berharga bagi yng memiliki dan mendapatkannya tapi tidak smua cinta sejati yang kita berikan dengan tulus akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan keinginan kita. kita tidak mau kehilangan cinta, karena kita lebih siap untuk bahagia daripada menderita. pada saat kita sedang jatuh cinta perasaan bahagia selalu menyelimuti kita sehingga terkadang kita lupa bahwa hidup memiliki dua sisi yang berbeda yaitu sedih dan bahagia.pada saat itulah kita belum siap merasa kehilangan seseorang yang kita cintai, untuk itu pada saat kita jatuh cinta gunakanlah pepatah "cintailah kekasihmu dengan secukupnya dan bencilah sesuatu yang kamu benci dengan sewajarnya" pepatah ini mengingatkan kita kembali agar berhati2 mencintai seseorang dan berhati2 ketika membenci seseorang. ketika kita putus cinta banyak efek2 yang ditimbulkannya seperti malaz kmudian stres bahkan ada yng bunh diri, semestinya orang yng mengalami putus cinta tetap tegar dan sabar, cobalah minta pendapat kepada temen atau bahkan orang tua dan hiburlah perasaan anda dengan percaya diri 
"masih ada cinta sejati yang lebih indah yang akan datang menemaniku", dan tak kalah pentingnya adalah rasa ikhlas atas kepergiannya dan mungkin dia bukan jodoh yang tepat. pada masa-masa ini kadang logika tdk cukup untuk menyeselasaikan masalah- masalah kita, disinilah pentingnya kekuatan dan kepercayaan kita terhadap tuhan, dan inilah saat yng tepat untuk mengembangkan kekuatan spritual kita. smoga membantu


KETIKA CINTA HARUS MEMILIH


Hidup tanpa cinta rasanya memang garing banget. Pokoknya bete deh. Sangat boleh jadi kehidupan ini dipenuhi oleh mereka-mereka yang berhati batu. Kejam, bengis, dan sejenisnya. Ibarat hidup di jaman Wild Wild West. Kill or be killed. Sadis!
Cinta, bisa tumbuh dan berkembang dalam sebuah kehidupan. Coba kamu perhatiin, ortu kita sayang banget kan sama kita? Kalo nggak sayang mah, kayaknya waktu kita bayi udah dibuang kali tuh. Tapi, alhamdulillah, ortu kita termasuk orang yang mampu memberikan cintanya kepada kita. Harapannya, agar kita bisa tumbuh, juga dengan memiliki rasa cinta.
Sobat muda muslim, cinta tumbuh di setiap makhluk yang bernyawa. Seperti sebuah lagu lawas berirama melayu yang syairnya kayak begini, “Rasa cinta pasti ada, pada makhluk yang bernyawa..../perasaan insan sama, ingin cinta dan dicinta..”
Yup, emang nggak ada tema yang abadi untuk dibahas selain masalah cinta. Tengok aja mulai dari lagu, puisi, prosa, sampai film didominasi masalah cinta. Wajar karena cinta adalah perasaan yang universal. Dimana-mana, di seluruh dunia, orang membutuhkan dan menginginkan cinta. Cinta ada pada orang tua yang cinta pada anak-anaknya, anak-anak yang cinta pada orang tuanya, adik dan kakak yang saling menyayangi seperti dalam film Children of Heaven, dan ehm, tentu saja cinta dirasakan oleh sepasang pria dan wanita.
Pendek kata dengan cinta kita bisa memberikan kesegaran dalam hidup seseorang. Kalo kamu ngasih uang seribu perak kepada mereka yang membutuhkan, itu artinya kamu telah menolong. Kalo bukan dengan rasa cinta, kayaknya nggak bakalan deh kamu tersentuh dengan penderitaannya. Itu sebabnya orang suka bilang bahwa cinta biasanya berbanding lurus dengan pengorbanan. Selalu seiring deh.
Dengan cinta pula, kamu biasanya peduli dengan orang lain. Tegur sapa dengan sesama kita, boleh jadi adalah hal kecil untuk menumbuhkan semangat kebersamaan. Tentunya dalam ikatan cinta di antara kita sebagai manusia. Kita yakin kok, semua manusia itu butuh cinta dan dicintai. Itu sebabnya, peduli adalah salah satu cara untuk menumbuhkan rasa cinta. Masing-masing dari kita dalam pergaulan sehari-hari, ogah banget kalo cuma dianggap sebagai bilangan, tapi kita kepengen juga diperhitungkan. Tul nggak?
Tentang kepedulian dan cinta ini, kita bisa meneladani Abdullah bin Amir. Dengan harga sembilan puluh ribu dirham, beliau membeli rumah milik Khalid bin ‘Uqbah yang berada di dekat pasar. Pada malam harinya, Abdullah mendengar suara tangis keluarga Khalid. Ia pun bertanya, kepada salah satu pelayan rumahnya, “Mengapa mereka menangis?”
“Mereka menangis karena mereka harus meninggalkan rumah yang telah tuan beli siang tadi,” jawab si pelayan.
Mendengar penjelasan itu, Abdullah bin Amir berkata, “Pelayan, katakan kepada mereka bahwa uang harga rumah yang telah mereka terima beserta rumah itu menjadi milik mereka semua.”
Subhanallah, Abdullah bin Amir bin Kuraiz tersebut, yang merupakan salah satu dermawan kota Baghdad telah memberikan teladan kepada kita, betapa rasa rasa peduli dengan nasib sesama membuatnya rela mengeluarkan hartanya. Sikap yang amat jarang bisa kita temukan saat ini. Kepengen juga kayak beliau.
Memiliki cinta? Berbahagialah!
Bang Doel Soembang pernah nyanyi begini, “Cinta itu anugerah, maka berbahagialah. Sebab kita sengsara, bila tak punya cinta”. Nggak mengada-ngada tentunya. Cinta memang penuh makna. Dan bisa memberikan kesenangan kepada yang mendapatkannya. Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkomentar tentang cinta, “Cinta itu bisa mensucikan akal, mengenyahkan kekhawatiran, mendorong untuk berpakaian yang rapi, makan yang baik-baik, memelihara akhlak yang mulia, membangkitkan semangat, mengenakan wewangian, memperhatikan pergaulan yang baik, menjaga adab dan kepribadian. Tapi cinta juga merupakan ujian bagi orang-orang yang shalih dan cobaan bagi ahli ibadah.”
Sobat muda muslim, jangan salah bahwa cinta bisa berarti sangat luas. Nggak sebatas hubungan antara pria dan wanita saja. Seperti yang udah dijelaskan di awal tulisan ini. Cinta, bisa berarti hubungan antara anak dan ortu yang full kasih sayang. Bisa juga berarti saling mencintai dan menyayangi dengan teman, bisa juga saling menumbuhkan rasa cinta di antara saudara, dan lain sebagainya. Pokoknya luas deh, termasuk cinta kita kepada harta, jabatan, tempat tinggal, kendaaraan, dan yang utama cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.
Rasulullah saw. bahkan memberikan teladan bagus kepada kita bagaimana mencintai orang lain dengan tidak pandang bulu. Siapa pun ia, Rasulullah memberikan perhatian, kepedulian, dan tentu cintanya. Ada kisah menarik yang bisa kita simak. Diriwayatkan Abu Hurayrah (Nailul Awthar, 4: 90): “Ada seorang perempuan hitam yang pekerjaannya menyapu masjid. Pada suatu hari, Nabi saw. tidak menemukan perempuan itu. Nabi saw. menanyakan ihwalnya. Para sahabat mengatakan bahwa ia telah mati. Ketika Nabi menegur mereka kenapa tidak diberitahu, para sahabat mengatakan bahwa perempuan itu hanya orang kecil saja. Kata Nabi saw., “Tunjukkan aku kuburannya.” Di atas kuburan itu Nabi melakukan shalat untuknya.”
Subhanallahu, sungguh mulia sekali Nabi kita. Ia memberikan teladan yang amat bagus bagi hidup kita. Dalam kesehariannya, Rasul sangat menghormati para sahabatnya. Ambil contoh, suatu hari Abdullah al-Banjaliy tidak kebagian tempat duduk saat menghadiri majlis Rasulullah. Mengetahui hal itu, Rasul lalu mencopot gamisnya dan mempersilakan sahabatnya itu untuk duduk. Tapi Abdullah al-Banjaliy tidak mendudukinya, malah mencium baju Rasulullah dengan air mata yang berlinang, “Ya Rasulullah, semoga Allah memuliakanmu, sebagaimana Anda telah memuliakanku,” komentar Abdullah.
Hmm.. kira-kita kita begitu nggak sama teman kita? Kadang, di antara kita suka ada yang merasa sok sibuk mikirin ummat, sampe-sampe lupa untuk sekadar menyapa kepada teman kita, “Apa kabar?” Padahal, hal ‘sepele’ itu bisa menumbuhkan kecintaan juga lho. Bener. Jangan dikira kagak ada efeknya. Pengaruhnya besar lho. Sebab, kepedulian akan menumbuhkan rasa cinta, dan itu bisa menjadi jalan bagi seseorang untuk bisa menikmati hidup dengan tenang dalam sebuah kebersamaan yang penuh kasih sayang. Nggak percaya? Cobalah kamu lakukan. Siapa tahu kepedulian kamu akan bisa membuat temanmu merasa bahagia. Ditanggung antimanyun deh. Suer.
Itu semua karena cinta sodara-sodara. Sungguh, berbahagialah orang yang memiliki cinta dan memberikannya kepada orang lain. Bahkan bila perlu korbankan segala yang kita miliki dan cintai. Sekali lagi, berbahagialah mereka yang memiliki cinta.
Prioritas cinta kita...
Adakalanya kita sulit menentukan pilihan, bahkan sekadar membuat urutan prioritas sekali pun. Bener, kita kadang bingung kalo disodorkan berbagai pilihan yang kudu diambil salah satu. Apalagi semua pilihan itu memikat. Rasanya sayang kalo sampe nggak diambil. Tapi, dalam kondisi tertentu kita dituntut untuk bisa menentukan prioritas cinta kita. Untuk apa dan kepada siapa. Siap kan?
Dari semua cinta yang kita miliki, pastikan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya menempati daftar utama dalam kehidupan kita. Yang lainnya; cinta harta, kendaraan, jabatan, status sosial, tempat tinggal, perusahaan, barang dagangan, bahkan cinta kita kepada keluarga, dan suami atau istri (bagi yang udah punya he..he..) harus rela untuk ‘dikesampingkan’. Allah Swt. berfirman: “Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (at-Taubah [9]: 24)
Untuk masalah ini, Rasulullah pantas dan layak menjadi teladan kita. Maka jangan heran jika Aisyah ra. bercerita tentang Rasulullah saw. setelah didesak oleh Abdullah bin Umar. Apa yang diceritakan Ummul Mukminin?
Beliau menceritakan sepotong kisah bersama Rasulullah saw. (Tafsir Ibnu Katsir, I: 1441): “Pada suatu malam, ketika dia tidur bersamaku dan kulitnya sudah bersentuhan dengan kulitku, dia berkata, “Ya, Aisyah, izinkan aku beribadah kepada Rabbku.” Aku berkata, “Aku sesungguhnya senang merapat denganmu, tetapi aku senang melihatmu beribadah kepada Rabbmu.”Dia bangkit mengambil gharaba air, lalu berwudhu. Ketika berdiri shalat, kudengar dia terisak-isak menangis. Kemudian dia duduk membaca al-Quran, juga sambil menangis sehingga air matanya membasahi janggutnya, ketika dia berbaring, air matanya mengalir lewat pipinya mambasahi bumi di bawahnya. Pada waktu fajar, Bilal datang dan masih melihat Nabi saw. menangis,”Mengapa Anda menangis, padahal Allah ampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang kemudian?” tanya Bilal. “Bukankah aku belum menjadi hamba yang bersyukur. Aku menangis karena malam tadi turun ayat Ali Imran 190-191. Celakalah orang yang membaca ayat ini dan tidak memikirkannya.”
Memang, adakalanya kita sulit banget menentukan pilihan utama di antara sekian pilihan yang semuanya bagus bagi kita. Tapi, di sinilah jiwa berkorban kita diuji. Apakah kita lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya, atau memilih mencintai yang lain?
Sobat muda muslim, para sahabat Rasulullah juga memberikan teladan bagus buat kita. Khalid bin Walid salah satunya, beliau sampe berkomentar begini, “Malam yang dingin saat memimpin pasukan dalam sebuah ekspedisi untuk menghancurkan musuh-musuh Allah, lebih aku sukai ketimbang mendapatkan seorang bayi laki-laki yang baru lahir.” Subhanallahu, bukankah itu pelajaran yang amat berharga bagi kita tentang prioritas cinta?
Di Uzbekistan, saudara kita, para pengemban dakwah di sana, lebih memilih berhadapan dengan diktator Islam Abdulghanievic Karimov, ketimbang ‘serah bongkokan’ alias mengalah kepada pemimpin jahat dan bengis itu. Banyak para pengemban dakwah yang kebanyakan para pemuda dikejar, ditangkap, dipenjara, dan tak sedikit yang kemudian dibunuh. Penjaranya nggak tanggung-tanggung, sobat. Penjara itu berada di suatu pulau di tengah laut Aral. Cukup? Belum! Tempat itu disebut Barisah Kilmaz alias “mereka yang pergi ke sana tak akan kembali”. Pulau itu adalah tempat pembuangan sampah nuklir! Ngeper? Oh, Tidak! Para pemuda di sana malah tambah semangat dan yakin dengan jaminan surga dari Allah swt. Karena membela agama-Nya. Semangat membela Islam lah yang menenggelamkan rasa takut dan keraguan. Cinta kepada Allah di atas segalanya. Sungguh luar biasa semangat mereka. Patut dicontoh.
Teman pembaca, jika kita harus memilih cinta, pilihlah yang utama, yakni cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Boleh kok kita mencintai yang lainnya, asal jangan melupakan Allah dan Rasul-Nya. Yuk, mulai sekarang kita belajar untuk mencintai Allah, Rasul-Nya, dan Islam dengan sepenuh hati kita. Insya Allah kita bisa kok. Yakin deh.?
 

Kesedihanku...

Kulalui hariku dengan senyuman..
Walau hatiku terasa getir...
Diam kurasa di antara keramaian..
Tak pernahkah kau tau??hari-hari yang kulalui...
Walauku berjalan diatas tali, tanpa sandaran ataupun pijakan yang seimbang...

Hanya dengan kedua tanganku ini yang mulai ku rentangkan...
Mencoba tuk melangkah, walau ku tau... mungkin ku kan terjatuh atau bahkan terluka...

Apa pedulimu, hingga kau melarangku...
Meski hatiku tersayat sembilu...

Cinta yang Hilang


Ketika pikiran menjadi kata, dan kata menjadi tanpa makna
tak dapat kuhentikan pencarianku akan cinta
cinta yang memang tidak pernah boleh kumiliki
bagai kegelapan  yang tak pernah  ingin  berbaur dengan cahaya..
keduanya hanya  ingin  mendominasi satu sama lain
tak layakkah diriku mendapat  secercah kehangatan dari sedikit kobaran Auramu.
walaupun kau berikan  aku sepercik api dari  sentuhanmu, tapi sudah cukup untuk  membakar  relung   jiwaku.
hanya dengan sekejap sorot mata teduhmu sudah cukup sebagai penawar  rasa dahaga dipadang gersang kesendirianku.
wahai belahan hati kenapa engkau siksa aku dengan kesempurnaanmu.
kepatuhanku atas titahmu tak sedikitpun mengangkat  wajahmu untuk menatapku
kumerana dalam indahnya bayang-bayang kefanaan mu
kumenangis dalam topeng kegembiraan sandiwara mu
wahai sang belahan jiwa    temukanlah aku  dalam kuasamu
peluklah aku dalam cengkraman siksamu
sucikanlah aku dalam cahayamu
leburkan aku  dalam dirimu.
setelah kau hancurkan aku dari kuasaku
dan kau bunuh diriku atas keakuanku
atasmulah segala pijakan langkahku
wahai sang  belahan jiwa, jangan kau tinggalkan diriku
walau untuk itu  aku relakan selembar nyawa  tak berarti ku.

Sabtu, 03 Desember 2011

Selagi Masih Sempat


Beberapa waktu yang lalu saya mendapatkan sebuah direct message di akun twitter. Seorang teman yang baru saya kenal mengatakan bahwa 12 Agustus yang lalu dia telah kehilangan sosok seorang Ayah. Membaca pesan itu, hati saya terasa pilu. Terlebih, dia juga mengatakan sebelum Ayahnya meninggal dia sempat mengkomentari tulisan saya tentang Memeluk Ayah.
Saat itu saya bertanya, “Apakah kamu sudah mencium kening Ayahmu Kak, untuk terakhir kali?
Sudah,” jawabnya. “Namun setelah beliau tak ada.
Kebanyakan dari kita, mungkin selalu terlambat untuk mengungkapkan rasa sayang kepada orang tua kita. Mungkin, hanya ada tetes air mata kerinduan setelah mereka pergi, namun saat mereka masih bersama-sama kita, saling tertawa atau berbagi rasa, kita seperti melupakan kehadiran mereka. Dan setelah masa keberpisahan itu tiba, baru kita sadar, betapa kita mencintai mereka.
Beberapa lelaki, mungkin akan tetap tangguh dengan senyuman di hadapan orang-orang saat kerumunan berkunjung di hari berkabung itu. Namun, ada saat di mana tembok-tembok bisu menjadi saksi, air mata yang tumpah dari seorang lelaki sejati.
Saya kembali mengingat. Saya pernah menangisi sepupuku yang terlebih dahulu pergi saat peristiwa tsunami terjadi di Aceh. Aku memang tidak terlalu akrab dengan sepupu-sepupuku, aku tidak begitu menyukai keriuahan, tetapi saat tahu bahwa mereka pergi dengan begitu cepat, aku menangis sejadi-jadinya. Aku menangis dalam diam, cuma air mata yang tumpah dalam alunan dada yang berguncang gundah.
Terkadang sering sekali kita alpa. Kita mengingat mereka saat orang-orang itu telah tidak ada. Bahkan, beberapa orang terlalu sering mencaci mereka, aku pernah melihat di dalam salah satu forum yang bercerita tentang remaja-remaja ababil yang manja yang mendurhakai kedua orang tua mereka. Gerahamku gemeretak saat itu. Aku benar-benar benci dengan sikap tidak tahu terima kasih seperti itu.
Aku merasa menjadi wanita sepertinya adalah suatu hal yang menyenangkan. Perempuan, tentu tidak akan malu saat mereka menangis di hadapan semua orang. Perempuan, tentu tidak akan malu saat mereka saling berbagi dan menampakkan kasih sayang. Ada rasa di mana terkadang aku begitu malu untuk menunjukkannya. Seperti ungkapan “sayang” kepada kedua orang tua atau saudara-saudara kandungku.
Kadang aku takut. Takut terlambat menunjukkan bahwa sebenarnya aku mencintai mereka. Aku tidak ingin, aku baru mampu mencium mereka saat mata mereka telah tertutup selamanya.
Teman, jangan sia-siakan waktumu. Berapa kali engkau telah berganti kekasih? Berapa kali setiap kekasih meninggalkanmu untuk bertemu dengan cinta yang lain, ada orang-orang yang tidak akan pernah meninggalkanmu: mereka adalah kedua orang tuamu dan saudara-saudaramu. Di tengah sikap mereka yang terkadang egois, tersimpan ribuan kasih sayang dan cinta melebihi yang mampu kekasihmu berikan.
Teman, jangan sampai terlambat. Peluk dan ciumlah kedua orang tuamu selagi sempat. Ungkapkan kata cinta yang paling indah yang mampu engkau berikan. Sungguh, mereka adalah orang-orang yang paling menyayangimu melebihi seribu kekasih yang terlalu sering bercerita tentang cinta kepadamu.
Jangan sampai terlambat. Cintailah mereka. Ungkapkan selagi sempat.


Makna cinta



                                                                                             



Setiap hari……setiap saat….kita selalu mendengar dan bahkan menyebut kata cinta,tapi tahukah kita makna yang sesungguhnya dari kata cinta?…..Setelah banyak membaca buku dari berbagai karya penulis…..makna cinta yang dapat kutangkap adalah memberi….jadi kita hanya memberi tanpa mengharapkan balasan apapun atau tanpa pamrih.Cinta…..kata yang singkat…..tapi maknanya teramat luas. Banyak diantara kita yang salah mengartikan kata cinta……dan banyak yang menghubungkannya dengan nafsu…oleh sebab itu banyak yang merana perasaannya karena tak memahami makna cinta yang sesungguhnya.
Cinta adalah memberi…..sepertinya memberi itu mudah ya?….memang mudah tapi yang sulit adalah memberi dengan rasa tulus penuh keihlasan tanpa mengharapkan balasan apapun…..kalaupun ada balasan yang kita terima …..itu sebagai akibat atau timbal balik dari ketulusan kita.Contoh yang paling mudah dalam mengartikan kata cinta adalah cinta seorang ibu kepada anaknya……Seorang ibu pasti akan memberikan cintanya dengan tulus dan sepenuh hati kepada anak anaknya……cinta tanpa pamrih apapun…..rasa kasih dan hormat anak kepada ibunya adalah balasan atau timbal balik  yang akan diterima oleh ibu dari ketulusan cinta yang telah diberikannya kepada anak anaknya.Dari  contoh  ini…..mudah mudahan kita dapat lebih memahami makna kata cinta…..jadi tidak sekedar mengucapkan tanpa tau makna dan perasaan kita yang sesungguhnya.
Cinta harus kita bedakan dengan rasa sayang,meskipun keduanya sangat berkaitan erat…….Rasa cinta sudah pasti sayang…..tetapi sayang tidak selalu cinta. Pemahaman ini penting dalam kehidupan kita sehari hari……karena terlalu banyak ungkapan dan tindakan yang mengatas namakan cinta……tapi kalau kita bisa memahami arti kata cinta yang sesungguhnya…..maka kita akan mampu mencapai kedamaian dalam hidup dan akan sedikit orang yang merana karena cinta.Dengan cinta…..kita mampu menerima siapapun dan apapun yang kita cintai tanpa pernah merasa kecewa dan menyesal akan segala kekurangan yang ada dan terlihat. Bahkan……dalam ajaran agama ……dikatakan…….”Belum beriman seseorang diantara kamu sebelum mencintai orang lain sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”…..Subhanallah….betapa dalamnya pengertian yang terkandung dalam pernyataan ini…..secara spiritual membawa kita untuk mengartikan kata cinta secara jujur dan tulus…..baik dalam ucapan ataupun tidakan.Mudah mudahan catatan ini bisa sedikit membuka hati……untuk jujur mengartikan cinta yang sesungguhnya……dan menebarkannya untuk kebaikan dan kedamaian kehidupan di dunia……Aamiin
Ada renungan yang pernah terbaca…..ditulis oleh Inoji (Filsuf Cina)
“Ketika seluruh orang di dunia ini saling mencintai satu sama lain,
maka yang kuat tidak akan menguasai yang lemah,yang banyak
tidak akan menindas yang yang sedikit,yang kaya tidak akan
mencemooh yang miskin,yang terhormat tidak akan menghina yang bersahaja
dan yang cerdik tidak akan memperdaya siapa siapa.”